Langsung ke konten utama

community based education pendidikan berbasis masyarakat

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT

(COMMUNITY BASED EDUCATION )

PADA PESANTREN DAN MADRASAH

Disusun Oleh :

Khoirul Pras Dianto (210309005)

Yuli Ekawati (210309017)

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia hingga saat ini sudah berkembang dengan cepat, baik yang bersifat formal, non formal maupun informal, mulai dari pendidikan pesantren, madrasah, dan lain sebagainya. Dalam perluasan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat telah muncul paradigma pendidikan berbasis masyarakat yang dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia

Dalam menghadapi cepatnya perkembangan tersebut yang sudah tentu membawa perubahan, maka para pengembang pendidikan Islam untuk selalu tanggap dalam menghadapi segala bentuk perubahan yang terjadi, terutama dalam pengembangan pendidikan berbasis masyarakat di dalam masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pendidikan berbasis masyarakat

. Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”. Maksudnya, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluamg dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan secara spesifik di dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri.[1]

Prinsip pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan peluang yang ada dengan berorientasi pada masa depan serta memanfaatkan kemajuan teknologi.[2]

Pendidikan ini biasanya diselanggarakan oleh masyarakat untuk menjawab atas permmasalahan yang ada dalam hidupnya. pendidikan ini biasanya diselenggarakan secara mandiri dengan mamanfaatkan fasilitas yang ada, serta menekankan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan belajar.

Pendidikan berbasisi masyarakat biasanya dirancang untuk membelajarkan masyarakat sehingga menjadi lebih berarti dalam hidupnya, dalam artian masyarakat memiliki kekuatan untuk membangun dirinya sendiri melalui intraksi dengan lingkungan

Pndidikan berbasi masyarakat pada konteks Indonesia menunjuk pada pengertian yang bervariatif, antara lain mencakup: (a) pendidikan luar sekolah yang diberikan oleh organisasi akar rumput (grassroot organization) seperti pesantren dan LSM, (b) pendidikan yang diberikan oleh sekolah swasta atau yayasan, (c) pendidikan dan pelatihan yang diberkan oleh pusat pelatihan milik swasta, (d) pendidikan luar sekolah yang disediakan oleh pemerintah, (e) pusat kegiatan belajar masyarakat, (f) pengambilan keputusan yang berbasis masyarakat.

2.pengembagan pendidikan berbasisi masyarakat pada pesantren

Pesanteran atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkenbangan sisitem pendidikan dan selanjutnya ia dapat merupakan bapak dari pendidikan islam.

Pesantren sendiri menurut pengetian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata pondook mungkin berasal dari bahasa arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama.[3]

Sebagai lembaga pendidikan islam pesantren pada dasarnya hanya mengajarkan agama, sedangkakn sumber kajian atau mata pelajaranya ialah kitab-kitab dalam bahasa arab. adapun metode yang digunakan dalam pendidikan poesantren adalah wetonan, sorokan, dan hafalan. metode wetonan adalah suatu metode dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekelilng kiyai yang menerangkan pelajaran. metode sorokan ialah suatu metode dimana santri menghadap guru atau kiyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yagn akan dipelajarinya. sedangkan metode hafalan ialah suau metode dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang akan dipelajariinay.[4]

Jenjang penidikan dalam pesantren tidak dobatasi seperti dalam lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. umunya kenaikan tingkat seorang santrri di tandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya.[5]

Dinamika lembaga pendidikan Islam yang relatif tua di Indonesia ini tampak dalam beberapa hal, seperti: pertama, peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah pesantren. Kedua, kemampuan pesantren untuk selalu hidup di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami berbagai perubahan. Secara sosiologis, ini menunjukkan bahwa pesantren masih memiliki fungsi nyata yang dibutuhkan masyarakat[6]

3.pengembangan pendidikan berbasis masyarakat pada madrasah

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, mulai didirikan dan berkembang di dunia Islam sejak sekitar abad ke-5 H atau abad ke 10-11 M. Pada saat itu Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam ilmu aliran atau madzhab dan pemikirannya. Pembidangan ilmu pengetahuan tersebut, bukan hanya meliputi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-qur`an dan hadits, seperti ilmu-ilmu Al-qur`an, hadits, fiqh, ilmu kalam, maupun ilmu tasawuf, tetapi juga bidang-bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan berbagai bidang ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan.[7]

Madrasah yang akhir-akhir ini populer dengan sebutan sebagai sekolah umum yang bercirikhas agama islam, keberadaanya semakain diperhitungkan masyarakat performa akademik madrasah yang semakin baik bahkan siap berkompetisi dengna sekolah umum, beberapa perestasi non akademik yang akahir-akhir ini berhasil diraih dari tingkat lokal hingga nasional, peserta didiknya yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan serta lapisan masyarakat yang beragam hingga bangunnan fisik yang lebih baik, senua ini menunjjukkan bahwa madrasah sekarang jauh lebih baik dari masa masa sebelumnya.[8]

Pengembangan pendidikan madrasah tampaknya tidak dapat di tandani secara parsial atau setengah-setengah tetapi memerlukan pemikiran pengembangan yang utuh sebagai konsekuensi dari identitasnya sebagai sekolah umum yang bercirikhas islam terutama dihadapkan pada kebijakan pembangunan nasional bidang pendidikan yang menekankan pada kebijakan pembangunan nasional. Bidang pendidikan yang mnekankan pada peningkatan kualitas SDM. Menurut Warjdiman Joyonegoro, manusia yang berkualitas itu setidaknya mempunyai dua kompetensi yaitu kompetensi bidang imtaq dan iptek[9]

Dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu madrasah dalam hal kurikulum, selain kurikulum yang berlaku secara nasional, dalam kuriklum tahun 1994 juga telah diatur kurikulum yang bersifat lokal dan ciri khas. Kurikulum yang bersifat lokal ini pada dasarnya ditentukan sendiri oleh masing-masing lembaga pendidikan atau pihak-pihak lain tang terkait, dengan ketentuan sebagai berikut: “ Madrasah dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas madrasah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. Madrasah juga dapat menjabarkan dan menambah kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat.[10]

Pengembangan pendidikan madrasah tampaknya tidak dapat di tandani secara parsial atau setengah-setengah tetapi memerlukan pemikiran pengembangan yang utuh sebagai konsekuensi dari identitasnya sebagai sekolah umum yang bercirikhas islam terutama dihadapkan pada kebijakan pembangunan nasional bidang pendidikan yang menekankan pada kebijakan pembangunan nasional.

BAB III

PENUTUP

pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Prinsip pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan peluang yang ada dengan berorientasi pada masa depan serta memanfaatkan kemajuan teknologi.

Sebagai lembaga pendidikan islam pesantren pada dasarnya hanya mengajarkan agama, sedangkakn sumber kajian atau mata pelajaranya ialah kitab-kitab dalam bahasa arab. adapun metode yang digunakan dalam pendidikan poesantren adalah wetonan, sorokan, dan hafalan. metode wetonan adalah suatu metode dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekelilng kiyai yang menerangkan pelajaran. metode sorokan ialah suatu metode dimana santri menghadap guru atau kiyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yagn akan dipelajarinya. sedangkan metode hafalan ialah suau metode dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang akan dipelajarinya.

Madrasah yang akhir-akhir ini populer dengan sebutan sebagai sekolah umum yang bercirikhas agama islam, keberadaanya semakain diperhitungkan masyarakat performa akademik madrasah yang semakin baik bahkan siap berkompetisi dengna sekolah umum, beberapa perestasi non akademik yang akahir-akhir ini berhasil diraih dari tingkat lokal hingga nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Abudinata, sejarah pertumbuhan dan perkembagnan lembaga-lembaga pendidikan islam di indonesia ,jakarta :grasindo, 2001

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, Cet. ke-2, 161.

Khozin, Jejak-JejakPendidikan Islam di Indonesia, Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2006

khozin et.al. manajemen pemberdayaan madrasah ,malang UMM Pres, 2006

Muhaimin, Wacana pengembangan pendidikan Islam , djokjakarta : pustaka pelajar ,2003

Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006



[1] Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal.132

[2] Ibid hal.135

[3] Abudinata, sejarah pertumbuhan dan perkembagnan lembaga-lembaga pendidikan islam di indonesia (jakarta :grasindo, 2001) hal 89

[4] Ibid hal 107-108

[5] Ibid hal 109-110

[6] Khozin, Jejak-JejakPendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2006), hal 107

[7] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. ke-2, 161.

[8] khozin et.al. manajemen pemberdayaan madrasah (malang UMM Pres, 2006) hal 4

[9] Muhaimin, Wacana pengembangan pendidikan Islam , ( djokjakarta : pustaka pelajar ,2003) hal 175

[10] Hasbullah….sejarah …197

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cara penentuan kenaikan kelas

CARA PENENTUAN KENAIKAN KELAS Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “model penilaian kelas” Disusun oleh :  Yuli Ekawati (210309017)  Fafi Rohmatillah (210309035) Dosen pengampu: Drs.Ju’ zubaidi M,ag PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)PONOROGO 2011 PENDAHULUAN Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Dalam pembelajaran evaluasi sangatlah diperlukan. Evaluasi memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat efektifitas program dalam mencapai tujuan-tujuannya dan untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari program pengajaran yang perlu diperbaiki. Hasil dari evaluasi selanjutnya perlu dilaporkan untuk mangetahui bagaimana hal tersebut bias kita jadikan acuan untuk menentukan kenaikan kelas. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara penentuan kenaikan kelas. PEMBAHASAN A. Penilaian hasil belajar o

Pengertian Bijaksana dan Amanah

Bijaksana adalah suatu kecakapan menggunakan akal budinya apabila menghadapi kesulitan. Bijaksana dapat pula diartikan menyelesaikan masalah berdasarkan kebenaran dan tidak hanya mengikuti keinginan hawa nafsu saja. Manfaat sikap bijaksana terlaksananya undang- undang, Orang yang bijaksana selalu melaksanakan undang- undang agar tercipta keselarasan hidup bagi masyarakat mendidik disiplin, selalu melaksanakan undang- undang akan menanamkan sifat disiplin menegakkan yang hak (benar), perilaku bijaksana akan menimbulkan kebaikan, dan kebaikan akan menghasilkan kebenaran melaksanakan kewajiban,orang yang bijaksana selalu mengutamakan pelaksanaan kewajiban bersikap adil, orang yang bijaksana sekaligs bersikap adil, dua sifat itu saling berhubungan, tidak dapat dipisahkan Amanah artinya dipercaya. Dalam pengertian sempit amanah diartikan memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Amanah merupakan unsur penting dalam menentukan berhasil atau ti

Rangkuman Materi Isra' Mi'raj

Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW A.     Latar belakang Isra’ Mi’raj Setelah Muhammad SAW menjadi Rasul, beliau semakin giat dalam berdakwah. Semakin banyak tantangan yang didapatkan beliau. Kecemasan dan kekhawatiran melanda beliau.   Dan Allah menenangkannya dengan wahyu rahyu yang diturunkan kepada beliau. Kala itu Rasul mendapat ujian yang sangat berat. Dua orang yang selalu membela beliau wafat. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, tiga hari kemudian istrinya wafat. Tahun ini disebut dengan tahun kesedihan ( Amul Huzni). Pada malam 27 Rajab 621 M datanglah Jibril mengajak Muhammad untuk melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa ( Isra’) dan perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mi’raj). B.      Peristiwa penting dalam Isra’ Mi’raj Isra’ Mi’raj terjadi 3 tahun sebelum Hijrah. Nabi mengendarai Buraq yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Dalam perjalanan, Rasul berhenti untuk menunaikan sholat di Madinah. Disinilah Jibril mengatakan bahwa di